Sabtu, 13 Agustus 2011

Berbahagialah kawan.

Meraih kebahagiaan sebenarnya tidak sulit, karena semua bersumber dari dalam diri kita, bukan oleh faktor luar.
Untuk mencapai kebahagiaan kita perlu mengubah paradigma kita tentang kebahagiaan.
Ada 5 hal yang sering menyebabkan kita tidak bahagia.

Pertama, adanya keyakinan bahwa anda tidak akan bahagia tanpa memiliki hal-hal yang anda pandang bernilai.
Anda sudah memiliki pekerjaan tetap, dan tingkat kehidupan yang lumayan, tapi anda masih merasa kurang. Anda merasa akan bahagia apabila sudah memiliki uang yang banyak, rumah yang besar dan sebagainya.
Pikiran anda dipenuhi oleh benda-benda yang anda kira dapat membahagiakan anda. 
Padahal, anda tidak bahagia karena lebih memusatkan perhatian pada segala sesuatu yang tidak anda miliki, dan bukan pada apa yang anda miliki sekarang.

Kedua, anda percaya bahwa kebahagiaan akan datang apabila anda berhasil mengubah situasi dan orang-orang di sekitar anda. Anda tak bahagia karena pasangan, anak, tetangga dan atasan anda tidak memperlakukan anda dengan baik.
Kepercayaan ini salah. Anda perlu menyadari bahwa amat sulit mengubah orang lain. Bukannya berarti anda harus menyerah, silahkan teruskan usaha anda untuk mengubah orang lain. Namun jangan tempatkan kebahagiaan anda disana. Jangan biarkan lingkungan dan orang-orang di sekitar anda membuat anda tidak bahagia Kalau anda tidak dapat mengubah mereka, yang perlu anda ubah adalah diri anda sendiri, paradigma anda.

Ketiga, keyakinan bahwa anda akan bahagia kalau semua keinginan anda terpenuhi. Padahal keinginan itulah yang membuat kita tegang, frustasi cemas, gelisah dan takut. 
Terpenuhinya keinginan anda tersebut paling-paling hanya membawa kesenangan dan kegembiraan sesaat. Itu tak sama dengan kebahagiaan.

Keempat, anda tak bahagia karena cenderung membanding-bandingkan diri anda dengan orang lain.
Membanding-bandingkan untuk memperbaiki keadaan tidaklah mengapa, namun membanding-bandingkan untuk mengejar atau mengungguli orang lain tidak ada gunanya. Jadikan pembanding sebagai pembangun, bukan penjatuh.

Kelima, anda percaya bahwa kebahagiaan ada di masa depan. Anda terlalu terobsesi pepatah "Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian"
Kapan anda bahagia?? "Nanti, klo sudah jadi kepala dinas/manajer blablalba." kata anda.
Persoalannya, pada saat menjadi manajer/kapala dinas anda tambah sibuk, waktu anda tambah sempit. 
"Saya akan bahagia nanti kalau sudah pensiun."
Daftar tunggu ini masih dapat terus diperpanjang. Tapi anda belum juga bahagia.
Kalau yang demikian terjadi adalah "bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang entah kapan."
Kebahagiaan telah anda tempatkan di tempat yang jauh, padahal sebenarnya kebahagiaan berada sangat dekat dan dapat anda nikmati di sini, sekarang ini juga.


Bahagia

Seorang lelaki yang merasa hidupnya tidak bahagia mengadu pada Tuhan, meminta kebahagiaan. Tuhan kemudian mengutus malaikat untuk menemuinya. Malaikat itu datang kepadanyadan berkata, "Doamu dikabulkan. Silahkan meminta 3 hal yang akan membuatmu bahagia."
Lelaki itu amat gembira. Ia merasa salah satu yang membuatnya tak bahagia adalah istrinya yang amat cerewet.

 "Hai orang tua, dapatkah engkau mencabut nyawa istriku?" ujarnya.
Permintaannya terkabul. Keesokan harinya istrinya meninggal dunia.
Maka pada hari itu para tetangga, kerabat dan handai taulan berkumpul di rumahnya. Mereka amat sedih kehilangan orang yang amat baik itu.Mereka pun saling menceritakan kenangan mereka yang manis mengenai si istri.
"Orang baik seperti dia memang cepat dipanggil Tuhan. kata mereka.
Mendengar perkataan itu lelaki ini menjadi panik. Ia sadar telah salah mengambil keputusan. Secepat kilat ia berlari menemui si malaikat.

"Hai orang tua, hidupkan kembali istriku. Ia ternyata orang yang baik." ujarnya.
Kembalinya sang istri ternyata tak juga membuatnya bahagia. Ia merasa telah menyia-nyiakan dua kesempatan yang telah diberikan Tuhan. Sekarang ia tinggal memiliki satu kesempatan, karena itu ia tak boleh bertindak gegabah. Ia pun bertanya kepada teman-temannya, mengenai apa yang dapat membuatnya bahagia.
Sebagian temannya menjawab uang, sebagian lagi menjawab istri muda yang cantik. Ada juga yang mengatakan jabatan dan kekuasaan. Ini membuatnya terombang-ambing dalam kebingungan.
Sampai beberapa tahun kemudian, lelaki ini masih belum memutuskan mana yang terbaik bagi dirinya. Suatu hari si malaikat datang menemuinya.

"Aku masih memiliki hutang kepadamu. Silahkan kau minta satu permintaan lagi." katanya.
"Aku bingung wahai orang tua, tolong berikan petunjuk kepadaku." ujar si lelaki.
"Baiklah." kata malaikat dengan lembut. "Agar engkau senantiasa bahagia, mintalah kepada Tuhan hati yang penuh syukur."